Teh berwarna merah cantik ini memang multikhasiat. Bunga rosela merah yang telah clikeringkan dan diseduh menjadi secangkir teh yang bercitara rasa sedikitasam ini mampu mengatasi batuk, asam urat, kolesterol, hipertensi, radikal bebas, dan penyegar (tonik). Selain itu, berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan ilmuwan Sudan, rosela merah juga berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah (hipotensif), antikejang saluran pernapasan, anticacing (antelmintik), dan antibakteri.
Hipertensi dan Jantung
Lima belas tahun didera kencing manis (diabetes mellitus) membuat H. liliSadeli (58tahu,o.) hosanmctkarJ.obat dan ingin mencari cara pengobatan lain. Setelah mencari informasi ke sanakemari, akhirnya ia mencoba peruntungannya dengan mengonsumsi rosela merah. “Alhamdulillah, setelah tiga bulan minum teh rosela merah, gula darah saya turun dari 320 menjadi 101 dan tekanan darah saya juga membaik,” ujar lili.
Selama tiga bulan pertama, ia rutin mengonsumsi teh rosela merah sebanyak tiga kali sehari. Setelah itu, ia merawat kesehatannya dengan meneguk teh rosela merah dua kali sehari. Kini ia terbebas dari obatobatan kimia yang telah ia konsumsi selama lima belas tahun dan kesehatannya pun membaik.Kesaksian lain datang dari Lina (29 tahun) yang awalnya tersiksa dengan degup jantungnya yang tidak normal sehingga membuatnya sulit tidur. “Mau ke dokter takut didiagnosis penyakit berat dan biayanya pasti nggak sedikit,” dalihnya. Warga Perumahan Taman Legian, Sentul (Bogor) ini akhirnya mencoba teh rosella merah untuk mengatasi gangguan kesehatannya.
Pertimbangannya, di samping minim efek samping, harga teh rosela merah juga relatifterjangkau. Hasilnya, bukan saja ia merasa lebih sehat dan segar,
bobot badannya pun turun sekitar 7 kg dalam waktu konsumsi selama satu tahun. ”Meskipun sudah merasa sehat, saya tetap minum teh rosela merah agar tetap bugar dan menjaga berat badan,” ujar Lina yang sebelumnya berbobot 70 kg dengan tinggi 154 cm.
Tonik Hingga TBC
Rosela merah (Hibiscus sabdariffa) dulu merupakan penghias pagar rumah atau pekarangan. Saat ini lebih dari 100 varietas rosela tumbuh di Indonesia. Namun jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah rosela berbunga merah.Berbagai penyakit dapat diatasi oleh herba tropis ini, seperti batuk, asam urat, kolesterol, hingga hipertensi.
Selain itu, rosella merah berkhasiat menangkal radikal bebas dan bersifat la merah untuk mengatasi gangguan sebagai penyegar (tonik). Hal ini bukan isapan jempol semata karena rosella merah mengandung berbagai senyawa berkhasiat, seperti antioksidan, asam esensial, beta karoten, potasium, zat besi, dan berbagai jenis vitamin.Penggunaan rosela merah sebagai obat oleh masyarakat awalnya bersifat kebetulan dan coba-coba saja. Namun sejumlah ilmuwan berhasil meneliti khasiatnya. Salah satu di antaranya Abd Al-Aziz Sharaf dari Sudan Research Unit, Institute of African and Asian Studies.
Pada 1962, Sharaf membuktikan bawa bunga rosella merah mempunyai khasiat menurunkan tekanan darah (hipotensif), antikejang saluran pernafasan, anticacing (antelmintik), dan antibakteri. Tiga tahun berikutnya Sharaf juga berhasil membuktikan bahwa zat warna merah di kelopak bunga perdu ini dapat mematikan Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit TBC.
Hasil penelitian ITB :
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) secara tradisional dimanfaatkan sebagai bahan minuman yang diduga berkhasiat menurunkan tekanan darah. Mengingat golongan senyawa flavonoid memiliki berbagai aktivitas farmakologi, maka dalam penelitian ini diisolasi dan diidentifikasi salah satu senyawa flavonoid dari kaliks. Serbuk simplisia diekstraksi sinambung dengan alat Soxhlet menggunakan n-heksana, etil asetat dan methanol. Ekstrak etil asetat difraksinasi secara kromatografi cair vakum dan kromatografi kolom, kemudian dipisahkan secara kromatografi kertas preparatif. Isolat dikarakterisasi dengan penampak bercak aluminium klorida 5% pada pelat kromatografi lapis tiis dan kromatografi kertas, serta secara spektofotometri ultraviolet-sinar tampak. Penapisan fitokimia menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, tanin galat dan steroid/triterpenoid. Suatu senyawa flavonoid diisolasi dari ekstrak etil asetat secara kromatografi kertas preparatif. Isolat diduga merupakan senyawa glikosida flavonoid golongan flavon, yang mempunyai gugus hidroksil pada posisi 5, 7 dan 4’.
Hasil: Isolat diduga merupakan senyawa glikosida flavonoid golongan flavon, yang mempunyai gugus hidroksil pada posisi 5, 7 dan 4’.
Isolasi
Senyawa flavonoid diisolasi dari kaliks rosel dengan melalui beberapa tahapan yaitu penyiapan bahan, karakterisasi serbuk simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, karakterisasi dan identifikasi isolat. Penyiapan meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman, dan pengolahan bahan menjadi serbuk simplisia.
Penapisan fiktokimia meliputi pemeriksaan golongan flavonoid, alkaloid, kuinon, tanin, steroid/triterpenoid, dan saponin. Simplisia diekstraksi menggunakan metode ekstraksi sinambung dengan alat Soxhlet. Ekstraksi dilakukan dalam tiga tahapan menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap hampa udara berputar. Ekstrak dipantau menggunakan kromatografi lapis tipis.
Fraksinasi ekstrak dilakukan dengan kromatografi cair vakum silika gel, kemudian difraksinasi lebih lanjut dengan kromatografi kolom selulosa. Fraksi yang terpilih diisolasi secara kromatografi kertas preparatif. Kemurnian isolat diuji dengan kromatografi kertas dua dimensi. Isolat murni dikarakterisasi secara spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak dengan penambahan pereaksi geser. Pemeriksaan identitas botani menunjukkan bahwa bahan penelitian adalah Hibiscus sabdariffa L. Kaliks rosel digiling dan diolah menjadi serbuk simplisia. Dari hasil karakterisasi simplisia didapatkan kadar air 5,2%, kadar abu total 7,3%, kadar sari larut air 34,8%, kadar sari larut etanol 18,9%.
Suatu senyawa flavonoid telah diisolasi dari ekstrak etil asetat kaliks rosel. Ekstrak difraksinasi secara kromatografi cair vakum silika gel dan kromatografi kolom selulosa serta dimurnikan secara kromatografi kertas. Isolat diidentifikasi menggunakan spektrofotometri ultraviolet dengan penambahan beberapa pereaksi geser. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat adalah senyawa glikosida flavonoid golongan flavon yang mempunyai gugus hidroksi pada posisi karbon 5, 7dan 4’.
Isolat perlu dihidrolisi untuk mengetahui struktur lebih lanjut aglikon dari senyawa glikosida flavonoid tersebut.
{ sumber : Sekolah Farmasi ITB http://bahan-alam.fa.itb.ac.id }
0 komentar:
Posting Komentar